Kalamakan.com – Siapa yang sering makan es krim ketika mood sedang buruk? Memang olahan produk susu yang satu ini makanan paling cocok untuk mengembalikan mood. Namun, tahukah kamu bagaima sejarah es krim di Indonesia?
Kali ini kalamakan mencoba mengulas sejarah es krim dan kaitannya dengan pendudukan Belanda.
Kevindra Soemantri dalam Jakarta A Dining History menulis mengenai dikenalnya Es krim di Indonesia ada kaitannya dengan banyaknya peternakan sapi di beberapa wilayah di Indonesia pada tahun 1942.
Saat itu ada sekitar 25 peternakan sapi milik pribumi yang tersebar di daerah Menteng, ayoritas terpusat di daerah Mampang Prapatan. Peternakan itu antara lain Haji Achmad Tablih, Haji Otib, dan Haji Djaeni. Selain di Jakarta, peternakan susu juga menyebar di wilayah Lembang dan Bandung yang memang didukung oleh tipografi wilayahnya.
Peternakan tersebut kemudian menjadi pemasok susu ke Batavia. Suplai susu juga berbarengan dengan kemajuan teknologi seperti pendinginan dan pembuatan es. Didukung pula dengan masuknya produk rumah tangga dari eropa, seperti margarin dan susu kental manis. Bahan-bahan yang mendukung pembuatan es krim.
Dua kakak beradik dan pembuatan es krim ragusa
Pada tahun 1930, Luigi Ragusa dan saudaranya pindah ke Batavia dari Italia. Keduanya memiliki kemampuan menjagit dan datang ke Batabia untuk bekerja di perusahaan tekstil. Luigi kemudian mengenal seorang pemilik peternakan susu di Batavia.
Luigi yang semula ingin mendirikan bisnis mode, berbanting stir mendirikan kafe es krim yang diberi nama Es Italia Ragusa pada tahun 1932. Ragusa juga merupakan nama kota kuno di Italia, yang berganti nama menjadi Sicilia.
Es krim milik mereka juga dihidangkan pada perayaan ulang tahun Ratu Wihelmina dari kerjaan Belanda pada tahun 1932. Es krim rasa rum raisin, cokelat, dan vanila dihidangka bersama jajanan dan makanan yang di tengah-tengah lapangan Koningsplen atau sekarang menjadi tempat berdirinya Monas.
Jakarta kota panas yang cocok untuk menyantap es krim
Tidak hanya Ragusa, toko-toko es krim lainnya pun mulai berdiri di beberapa wilayah lainnya di Jakarta seperti Toko Oen di Noordwijk (sekarang jalan Juanda), Baltic: Ice cream Palace en Restaurant di Kramat, Pastitisserie Onze Winkel di Cikini. Jakarta menjadi kota dengan banyak toko es krim pada tahun 1960 hal ini dicatat dalam buku resmi panduan turis yang berjudul Djakarta Guide yang terbit pada 1962.
Es krim selalu populer di kota dengan cuaca panas seperti Djakarta. Di sini banyak toko es krim hingga kafe yang hanya menjual es krim, seperti toko Sinar Matahari di Pasar Baru, Ragusa di Jalan Segara I (Veteran I), Tjan Nan di Tjikini, serta masih banyak lagi toko es krim di Tjikini dan juga laksana Kebajoran…
Sementara itu, toko es krim Peninggalan Belanda juga tersebar di beberapa wilayah lainnya di Indonesia antara lain toko toko es krim Zangrandi (Surabaya), Tip Top (Medan), Toko Oen (Malang), dan toko Rassa (Bandung).
Baca juga: Alooha Coconut Ice Cream, Secercah Rasa Surga di Pantai Padang
Sejarah es krim di Indonesia juga ditandai dengan produksi es krim manufaktur baru dimulai sejak awal tahun 1970-an. Beberapa merek es krim mulai dikenal seperti Flipper, Woody, Greyhound, Peters, Diamond, dan Campina.